Senin, 25 Juli 2011

Segitiga Emas dan Impian

Dalam kehidupan, ada suatu masa dimana setiap manusia harus mengambil keputusan. Saat ini, adalah satu minggu penuh kegalauan buat saya. Hal ini bermula dari cerita saat saya kecil dahulu.

Dahulu, saat anak-anak lain bermimpi untuk menjadi doktor, astronot, dan pilot (biasa, impian anak-anak muluk yang belom ketemu fisika dan ipa), saya punya mimpi yang berbeda dan tidak terlalu muluk (ya muluk sih sebenernya). Saya begitu terobsesi untuk bekerja di kawasan segitiga emas, mengendarai mobil bagus, berdandan ala wanita karir, menduduki jabatan penting, terpandang, mandiri, dan tidak tergantung kepada lelaki. Imajinasi saya ketika saya kelas 5 SD, wanita macam itu adalah wanita terkeren seduni, jauh lebih keren daripada Westlife yang lagi heboh.

Saat SD, saya berfikir untuk masuk jurusan Ekonomi, karena dari SD kerjaan saya ya berdagang, saya fikir dahulu, Manajemen adalah jurusan yang paling tepat untuk saya. Karena jurusan mengicu ngga ada kan di perguruan tinggi.

Namanya juga anak-anak, saya belom aja ketemu sama mata pelajaran akuntansi. Dapet nilai NOL besar bukan hal luar biasa buat saya. Saya orang yang super ceroboh karena selalu salah di 3 nomer pertama, dan akibatnya hancurlah pembukuan saya kebawah.

Akhirnya, saya mencoret jurusan ekonomi dari jurusan impian saya, selain karena nilai ya doremi fa solasido di akuntansi, kedua orang tua saya adalah Sarjana Ekonomi, duh, masa satu keluarga S.E semua gelarnya, akhirnya saya pun menunda pertimbangan jurusan untuk perguruan tinggi nanti.

Meskipun kenyataan tidak memungkinkan, jauh di dalam hati saya, berkecimpung dalam dunia bisnis tetap ada entah di bagian hati dan otak saya. BEJ dan wall street adalah tempat terkeren setelah surga dan Hogwarts. Apalagi, ketika kelas 3 SMA, saya ingat sekali, ada seseorang yang datang dan menjelaskan mengenai pekerjaan sebagai pialang saham. Dan hal tersebut membuat saya tidak bisa tidur semalaman.

Saat ini, saya sudah bekerja di Kompas TV. Sebuah tempat yang jauh sekali sih memang dari impian masa kecil saya. Namun sekarag, saya harus menghadapi realita, saya harus menghadapi kenyataan bahwa manusia hanya dapet berusaha dan Tuhanlah yang menentukan. 5 tahun dari hari ini, saya percaya bahwa saya bisa. Sebagai lulusan komunikasi, saya harus terus berjuang (opo hubunganeeeeee). G.lak untuk saya sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar