Selasa, 26 Juli 2011

Tips Ujian / Test TOEFL

Untuk kalian yang ingin bekerja di perusahaan multinasional, maupun perusahaan pemerintah yang berbasis internasional, mendapat skor tinggi adalah hal yang wajib. Begitupun untuk kalian yang berencana untuk melanjutkan pendidikan di luar negri. Biasanya, nilai TOEFT minimal yang diperlukan adalah sekitar 550. Itu adalah standart untuk diakuinya kemampuan kita dalam berbahasa Inggris.

Berikut akan saya jeasakan beberapa tips dan trik untuk lulus dan mendapatkan nilai yang bagus dalam test TOEFL:

1. Belajarlah dari buku yang banyak di jual di toko buku. Jangan belajar dari koran bekas, ataupun majalah yang ada di salon.

2. Jadilah anak dari si pembuat soal test. Keuntungannya antara lain kamu bisa tau seperti apa test yang akan dijalani, dan sukur-sukur kamu bisa tau jawabannya.

3. Jangan ngebet (nyokntek pake buku) pada saat ujian berlangsung. Selain ngga jelas buku panduannya apa, kamu bakal ketinggalan
listening section yang sedang berlangsung.

4. Sewa joki TOEFL. Jangan joki
three-in-one. Jangankan ngerjin TOEFL, dia bisa baca sama anaknya ngga nangis aja udah sukur.

5. Untuk yang beragama Islam, wirit terus aja setiap malem, sukur-sukur kalo kamu ngga bisa ngerjain tu soal, komputer yang baca lembar jawaban mendadak eror dan nilai TOEFL kamu jadi di atas 550.

6. Ngga usah grogi. Emangnya kamu lagi ikut audisi
Indonesian Idol apa.

7. Punya koneksi sama perusahaan/universitas yang kamu tuju. Persetan dengan nilai TOEFL! Kalo kamu anak direktur, nilai TOEFL jongkok juga, CV kamu maju teroooss pantang mundur!!

8. Untuk yang mau wiritan, jangan wirit pas ujian berlangsung. Waktu mengerjakan soal terbatas kali. Lagian, tasbeh ngga bisa dipake buat buletin soal sih sejauh yang saya tau.

9. Punya orang tua bule. Jadi otomatis bahasa Inggris nya cas-cis-cus. Sukur-sukur pernah tinggal di luar negri.

10. Kalo ngga punya semuanya. Yaudah kamu bisa berharap dan berdoa.


Oke, segitu aja saran saya. Semoga berhasil,
good luck for your test fellas!

apa bacanya anak-anak?

God help me

Senin, 25 Juli 2011

Segitiga Emas dan Impian

Dalam kehidupan, ada suatu masa dimana setiap manusia harus mengambil keputusan. Saat ini, adalah satu minggu penuh kegalauan buat saya. Hal ini bermula dari cerita saat saya kecil dahulu.

Dahulu, saat anak-anak lain bermimpi untuk menjadi doktor, astronot, dan pilot (biasa, impian anak-anak muluk yang belom ketemu fisika dan ipa), saya punya mimpi yang berbeda dan tidak terlalu muluk (ya muluk sih sebenernya). Saya begitu terobsesi untuk bekerja di kawasan segitiga emas, mengendarai mobil bagus, berdandan ala wanita karir, menduduki jabatan penting, terpandang, mandiri, dan tidak tergantung kepada lelaki. Imajinasi saya ketika saya kelas 5 SD, wanita macam itu adalah wanita terkeren seduni, jauh lebih keren daripada Westlife yang lagi heboh.

Saat SD, saya berfikir untuk masuk jurusan Ekonomi, karena dari SD kerjaan saya ya berdagang, saya fikir dahulu, Manajemen adalah jurusan yang paling tepat untuk saya. Karena jurusan mengicu ngga ada kan di perguruan tinggi.

Namanya juga anak-anak, saya belom aja ketemu sama mata pelajaran akuntansi. Dapet nilai NOL besar bukan hal luar biasa buat saya. Saya orang yang super ceroboh karena selalu salah di 3 nomer pertama, dan akibatnya hancurlah pembukuan saya kebawah.

Akhirnya, saya mencoret jurusan ekonomi dari jurusan impian saya, selain karena nilai ya doremi fa solasido di akuntansi, kedua orang tua saya adalah Sarjana Ekonomi, duh, masa satu keluarga S.E semua gelarnya, akhirnya saya pun menunda pertimbangan jurusan untuk perguruan tinggi nanti.

Meskipun kenyataan tidak memungkinkan, jauh di dalam hati saya, berkecimpung dalam dunia bisnis tetap ada entah di bagian hati dan otak saya. BEJ dan wall street adalah tempat terkeren setelah surga dan Hogwarts. Apalagi, ketika kelas 3 SMA, saya ingat sekali, ada seseorang yang datang dan menjelaskan mengenai pekerjaan sebagai pialang saham. Dan hal tersebut membuat saya tidak bisa tidur semalaman.

Saat ini, saya sudah bekerja di Kompas TV. Sebuah tempat yang jauh sekali sih memang dari impian masa kecil saya. Namun sekarag, saya harus menghadapi realita, saya harus menghadapi kenyataan bahwa manusia hanya dapet berusaha dan Tuhanlah yang menentukan. 5 tahun dari hari ini, saya percaya bahwa saya bisa. Sebagai lulusan komunikasi, saya harus terus berjuang (opo hubunganeeeeee). G.lak untuk saya sendiri!

Rabu, 20 Juli 2011

Menikahi diri sendiri

Selamat malam! Masih bersama saya si anak mellow yang masih kebawa suasana tadi sore. Ngomong-ngomong soal pasangan hidup, ada seorang kawan sama di komunikasi berinisial AW, yang berkata "ih, gue ngga mau lo pe, punya istri yang sifatnya sama kaya gue, itu kaya ngawinin diri gue sendiri men!"

Begitu kira-kira katanya waktu itu,

Hm... padahal menurut saya, saya malah kepengen punya orang yang satu pikiran sama saya. Maksud saya, kenapa juga kita mesti susah-susah menggabungkan dua pikiran kalo kita bisa barengan sama orang yang satu pikiran?

Orang bilang, pernikahan itu adalah menggabungkan dua pikiran menjadi satu kesatuan, lah, kalo tujuannya untuk mencapai satu kesatuan, bukankan lebih mudah apabila kita bersama denga orang yang satu pikiran?

Misalnya seperti ini, saya adalah orang yang konservatif dan tertutup, ketika saya berhubungan dengan seseorang yang bersifat ekstrovert dan santai, saya pribadi merasa saya seperti di planet lain, dan saya merasa jadi tidak bisa mngimbangi. Rasanya ada yang janggal mengetahui pasangan saya sedang sibuk membangun hubungan sosialnya, sedangkan saya hanya membangun hubungan sosial saya dengan beberapa orang saja (tentu dengan yang saya merasa nyaman). Di lain sisi, pasti dia juga merasa sebal dan kesal, "ini orang kok gini banget sih, apa-apa takut, apa-apa malu, payah banget sih". Lalu bagaimana bisa tercapai tujuan yang sama kalo begitu?

Pada akhirnya, terdapat suatu limit, dimana kedua belah pihak tidak dapat lagi mentolelir sifat pasangannya tersebut. Mungkin saya merasa dia terlalu gaul, dan saya merasa minder, atau bisa jadi pasangan saya merasa saya terlalu cupu dan payah untuk menjadi pasangannya karena tidak mau diajak pergi kemana-mana.

Maka dari itu, saya rasa lebih menarik apabila kita hidup dengan orang yang satu kepala dengan kita. Misalnya, saya menyukai perkembangan terbaru seputar gadget, saya tentu akan menjadi perempuan pintar karena saya bisa berbicara mengenai hal-hal yang memang saya suka dan saya gemari, jadi kita akan bisa membahas banyak hal seputar hal yang kita sukai, istilah kasarnya, nyambung gitu loh.

Lain halnya ketika saya, menyukai peekembangan gadget terbaru, dan pasangan saya mengamati mengenai dunia oahraga. Sampe kiamat juga saya ngga perduli sekarang taufik hidayat masih main engga, susi susanti udah kelaut apa kegunung, pas ngobrol ya saya cuma bisa planga plongo bego kalo ditanya. Bener ga si?

Saya rasa akan sangat menarik dan sangan menyenangkan, apabila saya menikahi diri saya sendiri dalam versi laki-laki, tanpa diberi tahu saya akan mendapat perlakuan istimewa sebagaimana yang selalu saya sukai, dan tanpa disuruh saya pun tidak akan menjadi cewek rempong yang manja dan kebanyakan ngeluh.

Saya perhatikan 3 postingan terakhir ini selalu mengenai keluarga. Mungkin saya kebelet kawin. :P

Future us

sore ini, gue kejebak macet ngga tau diri di daerah tanah kusir. Bukan hal yang buruk sebenernya, pada dasarnya, selama gue ngga lagi diburu waktu, macet ngga pernah jadi masalah buat gue, apalagi kalo bb gue ada sinyal, dan FD gue udah diisi sama lagu-lagu favorit.

Ada yang beda sama macet sore ini, entah gimana awalnya, sare tadi gue emang lagi kena macet barengan sama ibu gue. Ngobrol ngobrol ngobrol, akhirnya tiba-tiba kita ngomongin soal pernikahan dan calon suami idaman.

Pada dasarnya, ngga ada patokan soal lelaki mana yang gue suka. Beberapa kali menjalin hubungan, gue selalu mendapat tipe orang yang sangat berbeda satu-sama lain.

Ada yang cuek banget kaya lagi pacaran sama tutup panci, ada yang baik banget kaya pacaran sama sales asuransi kalo lagi nawarin premi, ada yang sok kegantengan, ada yang berasa ustad, dan lain sebagainya.

Sebenernya, bentuk fisik ngga pernah ada di urutan nomer satu gue. Orang seperti gue, cenderung untuk santai dan bisa menerima akan kekurangan setiap orang.

Dari kecil, gue terbiasa untuk berdagang. Orang boros macem gue ini selalu merasa kekurangan uang jajan. Maka dari itulah otak gue selalu salah fungsi, alih alih digunakan untuk menghapal pelajaran, malah digunakan untuk mencari celah berdagang. Kecil yang gue maksud disini adalah SD. Ya begitulah, kadang ada sedikit keyakinan kalo gue sebenernya anak orang yang salah ambil, dan gue adalah turunan cina padang. ckckck.

Dari situlah, mungkin hal yang paling penting dan harus ada dalam figur calon suami gue nanti adalah figur lelaki yang pandai mencari uang, mandiri, tidak banyak mengeluh, dan tidak pelit. Sumpah mati, saya sebal sekali sama orang pelit. Kalo ada laki-laki terbrengsek di dunia, menurut saya lelaki pelit jauh lebih hina dibanding jenis lelaki manapun. Amit amit ketok kayu, cukup sekali saya merasakan punya kekasih pelit, jangan sampai punya suami pelit dan medit.

Hal kedua yang menurut saya penting adalah, lelaki tersebut harus bisa menyetir motor matic, bebek, dan kopling, serta jago menyetir mobil matic maupun manual. Saya ngga mau, masa suami saya nanti lebih payah menyetirnya dari saya. Saya saja sudah menyetir sampai semarang, masa suami saya di tengah kota aja Insya Allah lancar? No tengkyu.

Yang ketiga adalah, lelaki tersebut harus pintar komputer. Ya ngga usah pinter banget sih, tapi minimal, dia harus tau, apa operating sistem yang paling in, bagaimana menginstall program-program yang njelimet (menggunakan drive tambahan, atau aplikasi bayangan), meng-crack program-program, tau spek-spek komputer, dan kalo apes misalnya laptop saya kena virus saya tinggal merengek kepadanya dan dia bisa dengan mudahnya menginstall ulang kembali laptop saya dengan OS yang lebih canggih.

Sebuah nilai plus kalo dia bisa membongkar sendiri komputer dan laptop. Entah kenapa, mungkin karena saya terbiasa dengan ayah saya yang bekerja dalam bidang IT, saya sepenernya ngga gaptek-gaptek amat, saya cenderung mengikuti gadget terbaru apa, membaca dengan cermat apa apa saja penemuan terbaru dalam bidang IT, meskipun juga ngga pinter-pinter amat juga.

Maka dari itu, saya cenderung ilfil dan ngga respek sama cowok, yang udah ngga bisa kompuet, eh sok tau. Haduh... mending daripada sok tau diem aja deh, bilang aja ngga tau, nah itu lebih baik menurut saya.

Menurut saya, cowok yang jago komputer itu smart dan seksi. Ya bukan berarti lantas sama mau punya suami teknisi komputer, tapi menurut saya, cowok itu tidak perlu berbadan besar dan memiliki tenaga kuat, saya lebih suka cowok yang biasa saja, tapi jago elektronika dan komputer. Bayangan saya soal suami saya nanti ya, dia yang bakal benerin genteng bocor, ban kempes anak, ganti ban mobil, ngecek mesin mobil saya, ganti ledeng, dan menginstall ulang laptop saya.

Saya rasa itu bukan hal yang muluk. Saya rasa, perihal mengenai lelaki tersebut haruslah tinggi, putih, tampan, kaya, dan sebagainya itu relatif. Tampan itu kan selera, dan kaya itu bisa dicari asal ada doa dan usaha. Yang penting baik, shaleh, rajin shalat, rapih, wangi, sayang sama saya, setia (WAJIB), ngga punya banyak temen cantik (haha, egois), dan merupakan jodoh saya (cielah).

Ah sudahlah, saya jadi ngelantur malam-malam. Jodoh itu kan ditangan Tuhan, nanti saja saya pikirkan nanti. Sekarang cari uang dulu buat beli sepatu baru. Ciao!

Kamis, 14 Juli 2011

Right.

Never believe in human. They will do anything to live.

-The Island

Rabu, 13 Juli 2011

menjadi ibu

entah kapan, tapi saya harap, suatu hari nanti saya bisa menjadi ibu.
entah kapan, tapi saya harap, saya bisa melahirkan secara normal.
entah kapan, tapi saya harap, saya bisa mengayomi anak saya nanti lebih baik dari ibu saya mengayomi saya dan adik perempuan saya.
entah kapan, tapi saya harap, anak saya bisa bangga memiliki saya sebagai ibunya.

menjadi ibu sangatlah sulit.
mengatur anak yang sok tau, merasa paling benar dan tidak tau diuntung.
oh, sungguh melelahkan.
menjadi ibu sangatlah sulit.
menyisihkan banyak uang untuk keperluan dan keinginan anaknya yang keras kepala.
oh, sungguh memusingkan.

menjadi ibu adalah pekerjaan terkeren sedunia.
menjadi ibu adalah pekerjaan mulia.
siapa yang bisa menggaji semua yang telah dilakukan ibu untuk keluarganya selain Allah SWT?

saya harap, nanti.
saya tidak hanya bisa menjadi istri.
tapi juga bisa menjadi seorang, ibu.

amin.

comma








just closed UP page. i have to much shoes to wear. i should tell my self to stop. but this one was too georgeus. How can i missed it? :""""(

Cerita Sepatu Kuda


Hari ini saya membereskan sepatu-sepatu saya yang bertebaran dimana-mana. Ada yang ditaro begitu aja di rak sepatu, ada yang di taro dalem plastik karena takut kebanjiran. Ada juga yang di taro di transparent shoe box, ada yang belom dikeluarin dari bungkusnya, ada juga yang bungkusnya entah kemana dan dilempar-lempar dalam sebuah tumpukan besar sampe jadi berdebu. Eh! ada juga yang di taro di rak luar rumah, jadi debuan parah. Ah, ga karuan deh ada dimana mana kaya Nikita Willy.

berbungkus bungkus sepatu di kresek takut rusak kebanjiran

Terus terang, saya emang demen banget liat dan beli sepatu lucu. A girl is what she wear. Cuman tololnya, biarpun sepatu saya bejipun, saya selalu always pake sendal jepit kemana-mana. You can ask my friend deh kalo ngga percaya. Mungkin kalo ga ada foto ini, saya cerita saya punya banyak sepatu paling saya dianggep lagi ngibul, soalnya sumpe, baru 6 bulan belakangan ini saya mulai pake sepatu, sebelumnya mah, Ando is my life. Tapi gimanapun, biar kata saya tau saya ga akan pake tu sepatu, saya tetep paling ngga tahan kalo ada sepatu lucu dipajang di etalase atau di mana gitu, kalo ada uang dan kebetulan ada yang pas nomernya dengan ukuran kaki saya, saya kemungkinan besar membelinya.

Nah, kemaren, shoe organizer saya baru aja dateng. Jadi, saya berniat untuk membereskan semua sepatu-sepatu saya yang ngga pernah dipake itu sampe akhirnya debuan. Yaudah, cuci cuci cuci, pindah pindah pindah... saya ngga nyangka saya masih punya sepatu sebanyak itu. Saat ini, sepatu yang udah masuk shoe organizer saya ada sekitar 80 buah. Padahal, beberapa dari sepatu saya ada yang udah dibuang karena kebanjiran dan ada juga yang udah saya jual karena engga pernah dipake.

rapih kaaaan :D

Saya beli 5 buah shoe organizer, saya pikir, itu akan cukup untuk menampung sepatu saya. Dan ternyata saya salah. Karena ada sepatu yang belom masuk, dan... masih ada 4 kardus sepatu lagi menunggu untuk dibereskan. -___-


ini 4 kardus sepatunya

isi kardusnya (sepatu ditumpuk-tumpuk boxnya entah kemana)

sepatu yang belom masuk

Akhirnya, tadi sore saya kembali order 2 buah shoe organizer. Mudah-mudahan kali ini cukup deh ye. Saat menulis postingan ini, saya belom tau mau saya pake kemana tu sepatu-sepatu saya. tapi, yah baiklah, Depe, stop make sendal jepit dan mulai gunakan sepatu-sepatumu!!!

Note: Inget ya, saya bukan SHOEFETISH, dan saya bukan kolektor sepatu. Saya cuma kebetulan sering beli satu dua sepatu aja jadi numpuk. Oke. Jadi, biar sepatu saya banyak, saya ngga ngaku-ngaku shoefetish lah yaaa.. :p

Selasa, 12 Juli 2011

HA!

Hanya Soal Berbeda Perspektif Saja


sore ini, gue YM-an sama siddha, dan dia tiba-tiba ngasih gue sebuah link. siddah bilang, katanya itu tulisan bagus, tulisan kritis. Hm... Sebenernya ada benernya juga. Tapi terus terang, gue cuma setengah setuju sama apa yang dibilang sama blog tersebut.

Beberapa hal yang ngga gue setujuin antara lain kesukaan Gubernur mejeng. Ya udah lah yaa, biaran aja. Apa urusannya coba? Maksudnya, itu kan ketidaksukaan sepihak menurut saya. Di setiap individu, pasti terdapat figur-figur yang memang tidak disukai, nah, mungkn Pak FB ini adalah salah satu orang yang tidak disukai sama si penulis. Jadi ya namanya udah ngga suka, ya biar fotonya ngga mejeng dimana-mana, ga suka ya pokoknya ngga suka, titik.

Kedua, persoalan mengenai kehadiran anak-anak dalam iklan Jakarta Great Sale. Menurut saya itu bukan masalah. (Lagi-lagi) menurut saya, ini hanya soal sentimen belaka. Karena, orang tua mana sih yang ngga mau membelanjakan anaknya? Orang tua mana yang ngga pengen, anaknya bisa membeli apa yang mereka nginkan? Kalau memang mereka memang memiliki kelebihan uang untuk sesekali memenuhi keinginan anaknya? Ya justru menurut saya inilah saatnya. Ya ketika JGS tu. Kenapa? Karena harganya yang murah. Orang tua mungkin tidak bisa membelikan keingnan dan kebutuhan anaknya ketika barang tersebut tidak mendapat potongan harga, nah, sekarang ketika harganya sedang diskon 50%, orang tua memiliki cukup uang, dan anaknya menginginkan, mengapa tidak?

Ketiga, penulis blog tersebut membandingan iklan JGS dengan Singapore Great Sale 2011. Menurutnya, SGS lebih bagus karena tidak ada figur perdana mentri dan anak-anak dalam iklan mereka. Loh? Kalo Jakarta juga melakukan hal yang sama, apa tidak dicap ikut-ikut? SGS kan pertama kali diadakan pada tahun 1993, sedangkan JGS baru dilangsungkan pertama kali pada tahun 1999. Kalo sama, idenya sama, penempatan tanggal yang nyaris sama, dan iklan juga sama? Bukankah lebih memalukan?

Menurut pandangan saya, dalam iklan tersebut, pembuat iklan berniat untuk menjelaskan bahwa tidak hanya barang-barang yang dikonsumsi oleh usia dewasa saja yang mendapat diskon saat JGS, melainkan diskon mencangkup seluruh produk, baik dari usia balita sampai nenek-kakek sekalian. Ah, lagi-lagi ini soal persepsi dan cara pandang dan tingkat sentimen semata sih menurut saya. :p

Saya pribadi, tidak memiliki ketidak sukaan kepada pak FB, karena saya tau, betapa sulitnya mengatur warga Jakarta, orang Jakarta yang mintanya banyak tapi kalo diatur malah ngomel balik. Coba? Apa kita tidak pernah mencoba berfikir seandainya kita yang jadi Gubernur Jakarta? Dikata gampang kali? Apa cukup 5 tahun untuk membenahi sampai jadi suber gaul binti funky? Apa cukup 5 tahun membuat Jakarta jadi bersih dan tidak macet? Saya rasa sulit. Saya yakin pasti ada maksud yang baik dari setap keputusan yang ambil oleh pemerintah Jakarta.

Yah, begitulah, sekian komentar saya soal tulisan beliau. Tentu tidak ada yang salah maupun benar dalam setiap tulisan kami. Yah, namanya juga anak muda :p. (image from here btw)

Senin, 11 Juli 2011

Sedikit usaha melarikan diri





berangkat mendadak, 9 Juli 2011. Bersama anak-anak seteresss yang udah pada kerja.
Semangat terus agan!

Kamis, 07 Juli 2011

blitz ( 2011 )


kemaren gue nonton Blitz. filmnya Jason S. sebenernya gue emang udah ada niat buat nonton film ini, tapi belom tau kapan, sampe akhirnya kemaren gue mau nonton insidious kan (niatnya), tapi apa daya tiketnya habis jadi gw pun nonton film apapun yang juga main di jam yang sama, dan itu adalah Blitz.

Overall, filmnya biasa aja buat gue, agak sadis. Yang bikin seksi dari film ini cuma satu, yaitu karena spelling nya orang2 Inggris yang sooo yummeeehhh. Yang gw yakin seyakin2nya, ngga bakal gue ngarti klao ngga ada teks inggris atau subtitle indonesianya.

Hal kedua yang gue suka banget dari film ini adalah sountracknya. Kebanyakan dari ost film ini bergenre electronik sama drum and bass. Tapi sumpah mati, sampe malam tulisan ini di posting, saya baru nemu 3 judul yang jadi ost film ini, dan banyak lagu yang pengen saya dengerin tapi belom ketauan apaan judulnya.

Jadi, kalo ada pembaca yang tau full list os nya, tolong kasih tau saya ya!

Hal ketiga dan yang paling banyol adalah, pemeran penjahat di film ini muka sama tengilnya sama banget sama Mail OB! Asli dah, muke kaya curut, jalan petantang-petenteng, kurus, bedanya yang satu ngomong logat betawi, yang satu ngomong logat Inggris aje. Jadi yang sangat disayangkan, alih-alih nyeri ngeliat pembunuhan yang dilakuin sama doi, gw malah ketawa-tawa gara-gara ngebandingin ketengilan ni orang dua.

Buat yang mau nonton, rate gw buat film ini, 7. Bagus? Engga? Sila cek sendiri. :)